Diary Ngocol Istri Bule (Ketemu Bugil)

Part I. Ketemu Bugil (Bule Gila)

Namaku Safri Heti Ferdias, sekarang ini aku lebih ngetop dipanggil Ferdy Bookelmann. Aku sama sekali ga pernah mimpi pengen jadi istri bule, lucunya waktu kuliah aku tu benci banget sama bule, karena aku pikir mereka semua penganut sex bebas. Kenyataan sekarang suamiku tercinta adalah warga belanda, nah kalo orang jawa bilang “Gething – Nyanding” (kalo kamu benci dengan seseorang, e…bisa-bisa dia itulah jodohmu).

blog 01

Aku bertemu dengan suamiku ketika aku baru lulus sekolah S1. Karena sulitnya mencari pekerjaan, aku mau saja jadi Sales Asuransi , ah…kupikir ini bisa jadi batu loncatan…..(tupai kali)….xixixi. Meski begitu aku selalu berusaha untuk selalu serius dalam pekerjaanku.  Kebetulan hari itu aku ditugaskan untuk berjualan di Matahari Dept. Store, sudah setengah hari aku berdiri menawarka asuransi, tetapi kenyataanya belum ada satupun yang closing hari itu. E…. tiba-tiba ada bule menghampiriku, agak kagok juga karena modal basa inggris sangat minim, meski begitu demi sesuap nasi, jurus cas cis cus keluar juga.

Ruud : Can I sit here.

Me : yes, please

          Are you interesting with insurance (sambil buka folder ilustrasi)

          This is a good product for you and your family.

Ruud : But I’m not interesting with your insurance

Me : Why are you here then?

Ruud : Because, I’m interesting with you ……

(busyet dah ni bule, bikin gue salting aja)

Meski begitu, aku masih mencoba untuk bersikap professional…..ceilee

Me : (senyum) are you tourist ?

Dia mengangguk

Me again : What do you like about Indonesia?

Ruud : I love the culture

Me : What kind of culture?

Ruud : The Weather….jawabnya sekenanya

Me : But culture and weather is different, culture is related to human creation and path of civilization.

Dia heran, karena jawabanku cukup intelek baginya.

Ruud : O… sorry, you are a smart girl, why don’t you go to school

Me : I’m already finish my study.

Ruud : I have to go now, see you.

Diapun berlalu bersama temannya, ternyata dia cuma numpang duduk doank ……… kasihan dech gue.

Esoknya, aku diwajibkan untuk follow up semua referral yang aku dapatkan hari sebelumnya, akupun menelpon dia. E…. supervisorku nguping, dia bilang “Ferdy, kamu ga boleh prospek tourist, kita cuma bisa jualan sama orang yang punya kitas aja.

Agak kesel juga sich…karena kupikir kalo ama turis khan ntar closingnya pake duit dolar…. lebih gede lagi, tapi apa daya…. kalo emang aturanya musti begitu.

Yo wes, habis itu yang bule-bule ga pernah tak follow up lagi, …judulnya bye-bye Bombay….:)

Sampai suatu hari aku dapat telepon dari Ruud, just say hello…… seterusnya sejak hari itu tiap hari dia say hello…… getol banget ni bule.

Waktu itu yang ada dipikiranku cuma satu, bisa belajar ngomong inggris gratis, dari native speaker pula….xixixi…. lumayan pengiritan…. Ga usah kursus mahal-mahal.

Seminggu setelah kita komunikasi by phone, si ruud ngajakin ketemuan, aku bilang besok aku jualan asuransi di Matahari Dept. Store lagi.

Besoknya begitu aku sampai di Matahari sekitar jam 9.30 pagi, dia langsung nongol, kupikir cuma bentar…..e….malah dia nongkrongin stand-ku seharian ampe jam 5 sore. Alamat ga dapet jualan nich.

Nah loh…. ada yang lebih gawat…. keesokan harinya aku disidang sama supervisorku ….. ditanya ini-itu …. akhirnya, karena ga enak ati aku memilih untuk mengundurkan diri.

Part 2. Crazy Tour Guide

Si Ruud lebih heppy aku mengundurkan diri, karena dia maunya aku nganterin dia muter-muter…. semacam tour guide gitu loh ceritanya.

Buat aku sih fine-fine aja, khan enak tuch bisa JJS gratis. Meski begitu aku tetap mencoba untuk bisa jadi tour guide yang baik….. so aku mendata tempat wisata alam di daerah Jateng dan DIY yang aku rencanakan untuk aku perlihatkan ke dia.

Seminggu kemudian Ruud datang lagi ke Semarang, kali ini dia menginap di Hotel Ciputra. Siang itu kita janjian ketemu di Lobby hotel.  Dari bahasa tubuhku dia tahu kalo aku ga pernah masuk hotel berbintang sebelumnya  “segitu katroknyakah diriku”… 😛

Pada hari pertama itu, dia bertanya “Ferdy, do you know a nice restaurant here” Wadouh….yang ini ga ada di listku nich. Eits…. aku telpon teman2, dari berbagai referensi teman 2x, akhirnya aku memutuskan untuk mengajak dia makan di restoran De’Koning, karena nama-nya berbau-bau belanda gitu.

Restaurannya besar tapi sepi, udah curiga sebenarnya …. Ah mungkin mahal, itu sebabnya restaurant ini sepi. Karena menunya asing semua bagiku, aku suruh si Ruud order, aku bilang yang penting halal dech.

Pas keluar….beneran dech semuanya asing bagiku dari mulai salad (yang dulu kupikir cuma kelinci aja doyan makanan begini) sampai hidangan penutup.

Heppy sich, tapi duitnya cuma cukup buat bayar makan aja…….xixixi

Yaudah akhirnya kita pulang dari De’ Koning jalan kaki ampe Hotel Ciputra…… pegel, pegel dech.

Malemnya terpaksa luluran pake parem kocok…..xixixi.

Keesokan harinya, jam 7 pagi aku udah nunggu di Lobby Hotel, padahal si Ruud belom bangun.

Setelah sekitar 1 jam menunggu, akhirnya dia nongol juga, dia kasih isyarat untuk naik ke lantai 2, tempat breakfast.

Pas lagi enak-enaknya makan, e … ditanya ama pegawai hotelnya “mbak, kamarnya nomor berapa” ….. glek (sambil celingukan) …. Habisnya si embak nanya pas waktu Ruud lagi ke toilet.

Akhirnya ku jawab, “tunggu bentar ya mba, saya lupa nomor kamarnya”……. Kacau nich.

Usut punya usut ternyata kamar yang ditinggali Ruud cuma dapat jatah breakfast untuk 1 orang….. xoxoxo

Hari itu aku memutuskan untuk mengajak Ruud melihat Air Terjun Kali Pancur di bawah kaki gunung Telomoyo.

Kebetulan waktu kuliah aku sering main kesana bersama klub pecinta alam WAPEALA Undip.

Kami memutuskan untuk naik motor berboncengan, aku di depan, Ruud di belakang.

Perjalanan selama 3 jam dari Semarang-Salatiga memang cukup melelahkan, apalagi yang dibonceng jauh lebih besar dari aku.

Sesampainya dilokasi, kami harus menuruni banyak anak tangga, begitu sampai di bawah, si Ruud nanya “Where is the waterfall?”, aku tunjuk tangan “There” , Akhirnya kami berdua ketawa, karena di dinding yang aku tunjuk sama sekali ga ada airnya. Aku benar-benar ga sadar kalau di musim kemarau, air terjunnya ternyata kering….hehehe.

Sambil ngakak dia bilang “you are a crazy tour guide, you show me waterfall without water”.

Sorenya kita pulang dengan pantat pegel-pegel, Ruud bilang “I got blisters in my ass”

Hari selanjutnya.

Kali ini aku datang jam 8 pagi, si Ruud sudah tunggu di ruang breakfast dan akupun sudah officialy dapat jatah breakfast……. Akhirnya…. 🙂

Pas lagi makan, tiba-tiba telepon berdering, aku disuruh wawancara kerja jam 12 siang hari itu juga. Padahal hari ini rencananya mo ngajakin si Ruud lihat Candi Gedong Songo.  Akhirnya aku pamit pulang untuk ganti baju.

Setelah ganti baju, aku balik lagi ke hotel ciputra, sambil mengisi waktu aku ajak si Ruud lihat-lihat batik di showroom batik danarhadi dekat hotel.

Pas udah sekitar jam 11-an, aku pamit mau wawancara kerja, e…. dia mau ikut juga. Ya udah aku ajak aja.

Setelah selesai wawancara, aku ajak dia lihat pameran kebudayaan china yang pada saat itu digelar di Sri Ratu Dept. Store.

Setelah puas, aku langsung ajak dia menuju Candi Gedong Songo, aku ngga sadar kalo hari sudah mulai sore.

Alhasil sampai Candi Gedong Songgo sudah hampir jam 6 sore, begitu sampai Candi 1, udah bener-bener gelap, ……..jujur aku malu sama si Ruud.

E….dianya malah ngakak, dia bilang “Yesterday you bring me to the waterfall without water, and now you show me the temple that I couldn’t see”

Untung dia ga marah punya tour guide yang parah O’on-nya.

Alhamdullilah hari berikutnya, berjalan sesuai rencana, kita kembali mengunjungi Candi Gedong Songo tanpa aral melintang dan pada saat yang tepat, alias ga kemaleman lagi……xixixi

Hari ke 5.

Pada hari ini si Ruud pengen lihat Candi Borobudur, akhirnya dia memutuskan untuk menyewa mobil, padahal kalo menurutku sich, naek motor juga ga apa2x.

Aku mengajak Ruud untuk lewat jalur Salatiga, biar bisa melihat pemandangan gunung-gunung yang indah. Kami berhenti sejenak di Ketep Pass untuk menikmati keindahan Gunung Merapi dan Merbabu.

Sesampainya di Candi Borobudur, si Ruud marah-marah, pasalnya aku cuma bayar Rp.6.000.- tapi dia harus bayar USD 6,- (saat itu setara dengan Rp. 66.000,-).

Inilah pertama kali aku menyadari adanya diskriminasi di tempat wisata.

Si Ruud bilang “If you are tourist in Holland you will not pay more than we are”

Meski begitu dia sangat senang karena sudah mengunjungi salah satu keajaiban dunia.

Selanjutnya kita mengunjungi Taman Kyai Langgeng, begitu turun dari mobil si Ruud mengendap-endap masuk ke area taman. Petugasnya teriak-teriak memanggil dia karena ketahuan menerobos tanpa bayar. Langsung aku bilang, pak itu teman saya dan akupun bayar 2 tiket. Sambil menahan malu ku bilang “dia emang suka bercanda kok pak” (dalam hatiku mengumpat “dasar bule gila”)

Begitu ketemu dia, aku tanya “Why didn’t you buy the ticket”, dan dia jawab “No, I don’t want to pay more than you are” , terus terang, aku bisa memaklumi alasannya. Tapi untunglah di sini harga tiketnya semua sama.

Hari ke 6

Aku sudah cukup capek mengajak dia keluar kota, akhirnya hari ke 6 aku ajak dia ke Museum Ronggo Warsito. Di museum ini aku sangat mengagumi cara dia menghargai budaya dari kita dan juga ketertarikannya yang begitu besar terhadap warisan sejarah kita.

Satu hal yang aku ingat ketika mengunjungi museum ini adalah perkataanya “ Thanks ferdy, you show me another side of semarang” aku heran dengan perkataannya, sehingga aku bertanya “what do you mean?”. Ternyata beberapa kali dia ke Semarang, yang dia tahu cuma sebatas mall dan pub.

Sepulang dari Museum, aku ajak dia mengunjungi tempat wisata Air Terjun Gua Kreo, ini untuk menebus kesalahanku beberapa hari lalu….hihihi.

Pulang dari Gua Kreo sudah sore, sesampainya di hotel aku meminta ijin untuk numpang mandi. Untungnya dia sangat menghormatiku, dia bilang “Ok, you can shower in my room, I’ll wait for you downstairs in Tios”, dasar Budi (budeg dikit) aku dengernya Kios, tanpa pikir panjang aku iyain aja.

Setelah habis mandi dan shalat magrib, aku bingung “tadi dia bilang nunggu di kios apaan yak”, kebetulan Hotel Ciputra itu jadi satu bangunan dengan Citra Land Mall, jadi kupikir pasti kios disekitar situ. Karena tengsin, terpaksa aku sambangin tu kios satu per satu. Udah sampai lantai 3 kok aku ga lihat dia ya, akhirnya aku telpon dia. Aku tanya “Where are you?” dia jawab “I’m in Tios”, aku tanya lagi “What Kios”, dia ngakak dan baru sadar kalo aku salah ngerti. Akhirnya dia bilang, “ I’ll wait at the connection door” (pintu penghubung hotel Ciputra dan Citra Land Mall).

Setelah kita bertemu, dia ajak aku ke Tios yang ternyata adalah night club di hotel ciputra. Kebetulan ada teman teman dia dari Belanda sedang berkumpul disini. Aku kemudian dikenalkan dengan teman-temannya, dia bertanya kepadaku “What do you think?” Aku langsung jawab dengan jujur “I don’t like it here”. Untunglah dia sangat mengerti maksudku, kemudian dia bertanya “What are we gonna do”, Aku jawab, “We can go to Simpang Lima”, untungnya malam itu adalah malam minggu dan biasanya di alun-alun simpang lima ada pasar kaget dan juga konser dangdut….hihihi….. pokoknya pesta rakyat lah.

Kita berjalan mengitari Alun-alun simpang lima, aku coba menjelaskan apa yang kita lihat….. ketika kita sampai di penjual pecel lesehan riyip-riyip favoritku, aku ajak dia dinner nasi pecel.

Tiba-tiba pas lagi makan, datanglah segerombolan teman-temanku sekitar  9 orang makan juga ditempat yang sama, aku kenalkan mereka semua ke Ruud dan akhirnya merekapun ditraktir semua sama Ruud. Ruud-pun sangat menikmati hidangan nasi pecel ditemani musik campursari sebagai background.

Ku lihat waktu sudah menunjukkan jam 8 malam dan akupun berpamitan, kebetulan Ruud bilang dia harus pulang ke Jepara besok pagi.

Hari minggu rencananya mau rileks dan bangun siang, setelah seminggu full menemani Bugil (Bule Gila) jalan-jalan. E….. pagi-pagi udah ditelpon…… “Please come here, I have Bali Belly” karena waktu itu aku ngga ngeh… kutanya lagi “Whaaaaat?” dia bilang “I have diarrhea from the pecel”.

Karena merasa bersalah akhirnya aku datangi dia ke hotelnya dan aku bawain obat cina yang ces pleng untuk Diare.

Alhamdullilah sembuh hari itu juga dan sorenya dia bisa pulang ke Jepara.

Part 3. Kalo Jodoh ga Kemana

Sepulang dia ke Jepara, hari-hari ku dipenuhi dengan aktivitas melamar dan wawancara kerja. Meskipun sebenarnya pada saat itu akupun telah memiliki penghasilan yang cukup dari usahaku memberikan les privat dari jam 3 sore hingga jam 9 malam. Murid-muridkupun cukup banyak karena aku mau mengajar dari SD hingga SMA dan hampir semua mata pelajaran.

Seminggu setelahnya, Ruud mengatakan bahwa dia harus pergi ke Bali dan Jakarta, karena dia ingin membeli property di Indonesia. Tanpa mengerti maksudnya akupun mendukung keinginannya.

Saat dia di Jakarta, aku merasa cemas karena pada hari dia landing, hari itu juga terjadilah pengeboman di hotel JW Marriott. Untungnya dia ga nginep di hotel itu…. J

3 hari setelah pulang dari Jakarta, dia harus kembali ke Belanda, diapun memintaku untuk mengantarnya ke Bandara Ahmad Yani. Dalam perjalanan ke bandara inilah dia mengatakan bahwa dia akan kembali untukku.

Aku sungguh tidak menyangka bahwa inilah awal perjodohan kami.

Selama dia di Belanda kami hanya berkomunikasi melalui E-mail, aku sengaja menyempatkan untuk ke warnet beberapa kali seminggu. Maklum dulu internet cuma ada di warnet-warnet, itupun dengan kecepatan akses yang sangat memprihatinkan…..xixixi.

Kebetulan saat dia berada di Belanda, aku diterima bekerja sebagai marketing di perusahaan trading export. Sebagai karyawan baru, aku tidak menyadari kondisi perusahaan yang saat itu hampir bangkrut. Akupun bekerja dengan sangat giat. Tak jarang aku harus ke lobby hotel-hotel berbintang untuk sekedar mencari orang yang bisa aku prospek untuk menggunakan jasa perusahaanku. Dengan alasan belum ada pembayaran masuk, aku sering kali harus merogoh kocekku sendiri untuk melakukan kegiatan marketing perusahaan.

Tiga bulan kemudian Ruud datang lagi ke Indonesia, tepatnya ke Semarang. Saat itu dia memintaku untuk menjemputnya di Bandara, karena kekatrokanku, aku bukannya menjemput di bagian arrival ….e malah nongkrong di depan bagian departure…..xixixi.

Kupikir tadinya bandara itu ga beda ama terminal bus yang pintu keluar dan masukknya sama saja, ini gara-gara efek rumah ortu deket terminal….hehehe. Untung aja ada hp, jadi tetep bisa ketemu…..:)

Kali ini si Ruud menginap di Hotel Grand Candi, dan alhamdullilah aku sudah mengenal dunia perhotelan, jadi udah bisa gaya dikit.

Aku cuma mengantar Ruud sampai ke Lobby dan selanjutnya aku langsung pulang ke rumah ortu. Ruud bilang dia datang hanya untukku, diapun memintaku untuk menemaninya sarapan tiap pagi.

Keesokan harinya aku datang ke hotel jam 6 pagi, karena jam 8 pagi aku sudah harus berada di tempatku bekerja. Mau ga mau petugas hotelnya harus melayani kita, padahal sebenarnya breakfast start jam 7 pagi.

Aku menceritakan kepada rekan marketingku sebut saja namanya Mas Agung mengenai kedatangan Ruud, dan diapun ingin bertemu dengan Ruud untuk menawarkan jasa menjadi buying agent.

Sore itu dia memintaku untuk mengajaknya menemui Ruud, akupun tidak berkeberatan. Setelah bertemu dengan Ruud dan melakukan presentasi selama kurang lebih setengah jam, Ruud akhirnya berterus terang kepadanya bahwa dia hanyalah turis, bukan pelaku bisnis. Ruud kemudian mengajakku untuk makan sore di restaurant yang berada di hotel tersebut.

Setelah makan, Ruud memintaku untuk memperkenalkan dirinya kepada kedua orang tuaku. Akupun menyetujuinya, selanjutnya kami langsung meluncur menuju rumah orang tuaku.

Kebetulan orang tuaku tinggal di komplek Perumnas (perumahan belum lunas) yang padat dan berdempet-dempet.

Sesampainya Ruud di rumah ortuku, mereka kaget karena mereka belum pernah berkomunikasi dengan bule. Tapi bukan cuma ortuku saja yang kaget, para tetangga juga banyak yang penasaran, mereka pada mengintip di luar pagar……. Seolah-olah bule itu tak ubahnya seperti mahluk dari planet lain…..:D

Papaku berusaha untuk bersikap sewajar mungkin, meski aku tahu dia tu nervous banget. Dia bertanya “Ruud bisa bahasa Indonesia”, karena mau  cari simpati camer dia bilang “Iya pak, handuk, strika, kulkas, wortel, pinter, kopi-kopi” Papaku pun terpesona.

Akupun tadinya berpikir “hebat juga ni bule”, ternyata eh ternyata….. kata-kata tersebut aslinya dari bahasa belanda.

Malam itupun dipenuhi canda dan tawa karena berbagai perbedaan yang menjadikan segala sesuatu menjadi lucu.

Bahkan setelah Ruud pulang ke hotelnya, orang tuaku masih terus penasaran dengan mahluk yang satu itu.

Seperti hari sebelumnya, pagi ini aku datang ke hotel untuk menemani Ruud sarapan jam 6 dan ke kantor jam 8.

Namun pagi ini di kantor terasa aneh, teman-temanku tidak menyahut kala kusapa selamat pagi. Sekitar jam 10 pagi aku dipanggil oleh atasanku dan dicaci-maki. Dia mengatakan bahwa aku ini pelacur karena telah merampas customer dari temanku dengan menjual tubuhku. Sungguh kejam mereka ini tega-teganya mereka menuduhku begitu, padahal Ruud sangat menghormatiku.

Sore harinya atasanku itu mengatakan bahwa dia menginginkanku mewakili perusahaannya untuk melakukan marketing terselubung (ilegal) di arena Pameran Produk Ekspor (PRJ). Dia mengatakan bahwa aku akan dibelikan tiket kereta kelas ekonomi, dan disana aku akan dititipkan dirumah salah satu saudaranya. Tugasku hanyalah membagi-bagikan brosur kepada pengunjung, padahal perusahaan tempatku bekerja tidak memiliki stand di PPE.

Pulang kerja aku langsung ke hotel Grand Candi menemui Ruud, kepedihan hatiku aku ceritakan semua kepadanya. Si Ruud sangat marah, terlebih lagi dia mengetahui kenyataan bahwa aku belum mendapatkan gaji sepeserpun selama lebih dari 2 bulan aku bekerja di perusahaan tersebut. Si Ruud langsung memaksaku untuk menulis surat pengunduran diri saat itu juga dan akupun menurut.

Keesokan harinya aku datang ke kantor cuma untuk memberikan surat pengunduran diri dan membersihkan meja kerjaku……… Yuhuuuu I’m free again….. dan bisa menemani Ruud jalan-jalan.

Sikap welcome dari orang tuaku ternyata dianggap Ruud sebaga lampu hijau. Malam itu Ruud-pun melamarku secara lisan. Karena shock akupun berkata tidak, aku menjelaskan bahwa aku adalah seorang muslimah dan aku tidak mungkin menikahi pria bukan muslim. Kemudian dia menanyakan kepadaku bagaimana dia bisa menjadi muslim. Saat itu aku hanya bisa menjawab bahwa untuk menjadi muslim itu harus sesuai dengan kehendak hatinya dan bukan semata-mata karena ingin menikahiku. Dia-pun mengerti maksudku.

Aku menyadari sepenuhnya bahwa cinta yang aku punya memang bukan cinta biasa dan hanya Allah SWT-lah yang mengetahui isi hatiku saat itu. Malam itu aku tidak bisa tidur karena hatiku bimbang.

Pagi berikutnya, secara mengejutkan Ruud datang ke rumah orang tuaku. Dia memintaku untuk menterjemahkan maksud hatinya kepada kedua orang tuaku. Dia mengatakan bahwa dia menginginkanku untuk menjadi istrinya dan dia juga akan memeluk agama Islam. Papaku memang sangat bijaksana, papaku mengatakan bahwa segala keputusan ada di tanganku. Pada saat itu aku sendiri belum bisa memutuskan apapun. Ruud-pun kemudian berpamitan untuk pergi ke Jepara.

Terus terang aku merasa bersalah, aku sempat berfikir bahwa dia akan meniggalkanku karena ketidakmampuanku untuk membuat keputusan. Namun aku tidak mau terbelenggu cinta yang salah, jika dia memang jodohku maka kuyakin Allah SWT akan memberi jalan.

Malam harinya aku menerima SMS dari Ruud berbunyi “Are you survived from your culture shock”, meski aku ngga ngerti maksudnya, namun hatiku berbunga-bunga menerima SMS tersebut. Malam itu-pun akhirnya kami ber-SMS-ria tanpa menyinggung kejadian pagi tadi.

Ruud-pun berkata bahwa dia tidak akan memaksa, dan dia-pun akan terus menunggu. Akupun mengatakan bahwa aku lebih senang menjadi sahabatnya.

Part 4. Bali…I’m Coming

Beberapa hari kemudian Ruud mengatakan bahwa dia ingin ke Bali dan jika aku mau dia akan sangat senang. Aku meminta restu orang tuaku dan jika hanya berlibur mereka mengijinkanku. Ruud-pun kemudian membelikanku tiket untuk 2 minggu.

Kami tidak berangkat bersamaan, Ruud berangkat 1 minggu lebih awal, karena tiketku dibooking belakangan dan pada saat itu memang musim liburan jadi penerbangan ke Bali memang full.

Bercampur aduk saat itu rasa hatiku, senang karena bisa ke Bali tapi sekaligus khawatir karena ini pertama kalinya aku naik pesawat, dan juga karena aku tidak mengenal siapapun di Bali kecuali Ruud.

Meski aku tinggal di kota, namun sangat jarang orang2 bepergian naik pesawat kecuali menunaikan ibadah haji. Hal inilah yang membuat om, tante dan para sepupu ngotot untuk ikut nganterin aku ke Bandara adi Sucipto Jogyakarta, mereka bilang pengen sekali-kali lihat pesawat beneran…. Wadouh…. Orang mau liburan kok dianterin berombongan kayak mau naek haji…..hihihi.

Sesampainya di Bali dan melihat Ruud menjemputku di Bandara, hatikupun lega. Maklum uang saku pas-pasan, ga mungkin cukup untuk nginep di hotel. Siang itupun Ruud langsung mengajakku melihat beberapa villa didaerah Tiying Tutul (dekat Tanah Lot). Terus terang aku tidak mengerti, kenapa dia harus meminta pendapatku. Dia hanya menjawab, “just tell me which one you like”. Akhirnya aku menyarankan dia untuk menyewa villa yang tidak terlalu besar dengan kolam berenang yang juga kecil. Diapun menurut dan dia membayar sewa untuk 1 tahun hari itu juga. Yang lebih mengagetkanku, dia juga bilang kepada sang pemilik, jika aku menghendaki maka dia akan membeli villa itu untukku.

Aku marah, karena aku merasa dijebak, namun Ruud berhasil menenangkanku. Dia bilang bahwa dia akan terus menungguku, dia hanya perlu tempat tinggal di Indonesia, dia tidak bisa terus-menerus menumpang di rumah teman. Akupun bisa mengerti.

Aku sendiri menginap di villa seorang teman di daerah oberoi, maksud Ruud agar aku memiliki teman bercengkerama. Kebetulan si pemilik villa adalah perempuan belanda yang sudah lama tinggal di Bali dan memang sangat ramah.

Keesokan harinya Ruud datang pagi-pagi untuk menjemputku dan mengajakku ke KuDeta untuk sekedar minum kopi, setelah itu kami berjalan menyusuri pantai hingga ke Legian (Pantai 66), selama perjalanan aku sungguh kagum dengan kepiting pantai yang mensortir bahan makanannya dengan mencetak pasir seperti bola-bola, saking banyaknya sampai seluruh pesisir terlihat sebagai maha karya lukisan dari bola-bola kecil yang sangat indah. Pagi pertama di Bali itupun, kami sarapan di Restauran Tekor Bali sebelum memutuskan untuk jalan kaki kembali ke villa di oberoi.

Kemudian dia mengajakku berbelanja alat elektronik untuk villa yang dia sewa. Kebetulan memang villa tersebut sudah fully furnished, jadi ga perlu nambah banyak.

Akupun menghabiskan hari dengan menata dan membersihkan Villa Ruud, kebetulan memang belum ada house keeping, baru gardener saja dari kanada. Ruud sendiri sibuk mencari barang-barang untuk melengkapi rumah.

Sementara Ruud belum pulang, sore hari aku didatangi seorang laki-laki bersama anak kecil, dia bilang sedang mencari ibu sang anak. Karena tidak ada perempuan lain selain diriku maka aku cuma bisa bilang disini tidak ada Bli.

Malam itu Ruud mengantarkanku ke villa temannya di Kuta, dia bilang besok dia mau menyelam di Tulamben bersama teman-temannya. Kalo aku mau keliling bali aku bisa naik motor tiger sewaannya. Wadouh…. Selama ini khan aku belum pernah naik motor cowok.  Kami makan malam di restaurant La Luciola, karena disebelahnya ada lapangan parkir yang luas, jadi setelahnya Ruud bisa mengajariku naik motor cowok dan mengendalikan kopling tangan.

Karena merasa udah bisa, akupun mencoba ke jalan Raya, …. E…lupa ga pake helm, begitu sampai daerah petitenget ku dengar sirine mobil patroli. Akupun kebingungan, begitu ada gang gelap langsung aku gas motor menuju gang tersebut. Dasar sial, begitu masuk gang ….e malah digonggongin 5 ekor anjing …karena panic, akhirnya akupun kecebur di sawah. Dengan celana belepotan lumpur aku hanya bisa berdoa, semoga ada orang yang menolong. Alhamdullilah setengah jam kemudian ada mobil lewat gang tersebut …… akupun melambaikan tanganku sambil teriak…help…help, untungnya mereka berhenti dan menolongku mengangkat motorku dari sawah. Si Ruud yang menungguku cukup lama di parkiran La Luciola terlihat lega ketika melihatku, namun tak urung dia marah juga ketika mengetahui diriku dan motornya belepotan lumpur. Malam itupun dia menyewakanku motor Honda Supra untukku.

Keesokan harinya, Ruud cuma datang untuk memberikan kunci villanya dan langsung cabut ke tulamben bersama teman-temannya. Setelah sarapan pagi, akupun bergegas ke villa Ruud, maklum saat itu aku sama sekali tidak tahu jalanan di Bali sama sekali. Yang aku ingat, villa tersebut berada tak jauh dari tanah lot. Akupun mengikuti papan penunjuk arah, sesampainya di daerah tanah lot aku bertanya ke beberapa orang arah menuju Tiying Tutul, untungnya daerah ini cukup terkenal di Bali. Akhirnya setelah 3 jam nyasar kesana – kemari, akupun menemukan villa Ruud.

Menyadari dia belum memiliki house keeping akupun membantunya membersihkan dan membereskan villanya. Aku baru mulai menyapu ketika tiba-tiba aku dimarahin oleh tetangga belakang rumah dari Australia dan “istrinya” dari banyuwangi, dia bilang aku telah mengusir suami pembantunya kemarin sore. Padahal aku merasa sangat sopan dengan laki-laki yang datang kemarin sore, karena aku menyadari sepenuhnya bahwa aku cuma pendatang.

Usut punya usut, ternyata di villa ruud ada connecting door dengan villa dia, jadi sebelum villa tersebut disewa Ruud, setiap tamu dari tetangga selalu masuk lewat villa yang sekarang ditempati Ruud.

Aku memang tidak mengadu, tapi Ruud mengetahui kejadian tersebut dari gardenernya. Akhirnya keesokan harinya, Ruud membangun tembok yang tinggi di depan connecting door tersebut…… well the problem solved for this time.

Minggu pertama memang dipenuhi dengan kegiatan mempersiapkan villa Ruud, Alhamdullilah pada awal minggu kedua, Ruud telah memiliki housekeeping. Liburan yang sesungguhnya baru dimulai, Senin ini dia mengajakku ke pantai 66, aku langsung jatuh cinta dengan pantai ini karena tempatnya landai dan teduh, kami pun menghabiskan waktu disana. Sepulang dari pantai, dia mengajakku berbelanja dideretan butik di daerah seminyak. Sayangnya aku tidak menemukan satu bajupun yang cocok buatku, ini lebih karena faktor harga, meskipun Ruud tidak mempermasalahkan hal ini. Aku lahir dan dibesarkan dari keluarga sederhana yang bersahaja, dan orang tuaku mengajarkan diriku untuk menghargai uang. Ketika aku melihat baju yang dibandrol ratusan ribu hingga jutaan rupiah perbijinya, aku sungguh takut jika busana ini akan menjadikanku sombong, selain itu akupun tidak mau Ruud berprasangka bahwa cintaku bisa dinilai dengan rupiah.

Hari berikutnya sangat mengejutkan, dia mengajakku berbelanja kebutuhan rumah di ACE Hardware di daerah sentral parkir kuta. Setelah makan siang, dia mengajakku ke Masjid An-Nur yang berseberangan dengan sentral parkir. Aku bertanya-tanya, mau apa dia ya? Ternyata dia telah meminta imam masjid tersebut bersama jamaahnya untuk mengislamkan dirinya. Aku tidak tahu apa yang terjadi di dalam karena aku tidak diperbolehkan untuk menyaksikan prosesinya. Akupun menunggu sambil shalat dhuhur di area muslimah. Alhamdullilah akhirnya Ruud-pun menjadi Muslim dengan nama Islamnya “Jordan Zain”. Meski aku tidak tahu persis motivasi dia untuk menjadi seorang muslim, namun bagiku ini adalah salah satu bukti keseriusannya terhadapku.

Hari-hari selanjutnya dia mengajakku berkeliling Bali layaknya seorang tour guide bagiku, Tanah Lot, Taman Ayun, Bedugul, Ubud, Sukawati, GWK, Jimbaran, dan Bukit. Tempat-tempat ini mengingatkanku saat study tour SMA ….. nostalgila ceritanya nich….:)

Akhirnya saatnya tiba untuk pulang ke Semarang, hati ini senang sekaligus sedih. Senang karena akan bertemu dengan ortu, keluarga, sahabat dan juga murid-muridku. Tetapi sedih karena harus meninggalkan Ruud yang telah menanamkan cinta dihatiku, seseorang yang membuatku ingin menjadi yang halal baginya dan sakinah bersamanya, bukan karena kekayaan materi tetapi terlebih karena kekayaan hatinya.

This entry was posted in Diary Ngocol Istri Bule. Bookmark the permalink.

44 Responses to Diary Ngocol Istri Bule (Ketemu Bugil)

  1. wooowww….seru Fer ceritamu 😀
    tapi koq blm selesai? apa memang sudah segini aja kisah yg mau di-share-kan? 😉

  2. Makasih mbak Uniek, dari kemarin cari cara gimana bisa reply….katrok banget ya… maklum beginner… 😛
    Saat ini masih tulis sambungannya mbak, kalo dah jadi tak upload lagi, tunggu ya mbak.

  3. citramanica says:

    Suka cerita-ceritanya… Walaupun belum sempat dibaca sampe habis… Soalnya puanjang-puanjang…. tak baca pelan-pelan deh….

  4. citramanica says:

    Orang Jawa ya Jeng? Au ada blog boso Jowo, tapi Jawa Timuran… Monggo diwoco…. http://menjesgoreng.wordpress.com/

  5. nisamama says:

    wah, seru mbak. masih inget banget ya detil2-nya. saya follow blognya ya mbak. salam kenal. 🙂

  6. nita says:

    lucu mbak, saya ngakak-ngakak bacanya..hehe, jadi penasaran sama lanjutannya
    suka sama kalimat “whaterfall without wather”…haha. beneran kocak
    like this dech mba *kasih semua jempol

  7. enci harmoni says:

    waduh critane mbak ferdi keren tenan, kayak cinderela, dulu katrok sekarang dah katam katroknya ya…. saya masih katrok nech mbak… belum pernah kebali….hahah

    • Masih belum katam kok mbak….soalnya Katrok is the best …. kalo ga gini ga ada cerita …. just be myself… biar orang bilang apa….. Kalo keBali contact aja mbak …. I’m on your service….hihihi

  8. Aciep Dwi H says:

    Akhirnya aku dapat nama panggilan mbak Ferdi lainnya yaitu mbak Safri disini……jujur saya coba ingat-ingat nama mbak yang familier dulu tapi gagal ingetnya Mbak ferdi terus…… hehehe…Ceritanya Seru…..Dan Salut Buat mbak Ferdi……

  9. Mariana says:

    Duh bikin ngakak ampe perut mules 😀

  10. Kania says:

    Maak..aku baru baca ini..aduh ketawa2 sendiri…lucu..

  11. drost says:

    Hi…..hi…..asyik mbak gaya penulisannya halusss adem di hati maklum ibu ibu btw gmana caranya biar bisa baca secara terperinci trims mbak

  12. Haduh ..aq ngakak siang2 di kantor ni Mbak 😀
    Jodoh emang gak terduga ya..semoga langgeng dan ditunggu lanjutannya 🙂

  13. istiadzah says:

    Aaaak aku baru baca, Mak. Seruuuu! Kocak jugak. Hahhaha. Seneng deh kalo lagi baca2 cerita awal ketemu suami macam gini, apalagi bule yah, mesti kocak deh :)))

  14. Hahaha Hihihihi dari semua cerita diatas yang membuatku kepingkel-pingkel adalah… pas ke bandara mau terbang ke Bali dianterin orang sekampung hihihihi. Good Luck Mak Ferdy 🙂

  15. momtraveler says:

    Ngakak all the way mak..aku kok ketinggalan jaman sih baca ini…
    Ternyata begini cerita pertemuan ma2 n pa2 ivo… romantis n unyuu 😉

  16. irowati says:

    Perjalanan cinta yg romantis makkk…. semoga tetap awet dan langgeng rumah tangganya, sampai kakek-kakek ninen-ninen gitu klo kata Simbahku mak Ferdi…

  17. @mirasahid says:

    Huoooo, panjang tapi seru banget nih ceritanya, mak. Dan akhirnya, halal juga ya. aah, cerita yang indah 🙂

  18. cputriarty says:

    serunya baca postinganmu mbaa..ternyata kamu kenal semarang banget ketimbang aku yang aseli Semarang 😀

  19. alaikaabdullah says:

    seru banget membaca kisah cintamu ini, Mak Ferdi. Seperti di sinetron, tapi nyata. Subhanallah…. salut dengan Ruud yang begitu sopan dan sangat menghormatimu. Percintaan yang indah, Mak. Ditunggu lanjutannya yaa. 🙂

  20. Firsty says:

    Seru sekali baca blog mba.. Jadi pengen punya suami bule, seru, beberapa hal yang biasanya dianggap biasa dan sederhana bisa jadi unik dan istimewa. 😀

  21. Salam kenal mbak, menarik banget kisahnya, aku jg gak begitu suka sm bule takut nih ntar jodohnya bule

  22. Yulia says:

    Hihihi… Tetnyata.. Kisahnya kocak ya… Serasa baca novel.. Nunggu lanjytannya ahh

  23. Archa bella says:

    Sukaaaaakkkk…
    Salam dari wong smg jg. .

  24. yeni sahnaz says:

    Kisah cinta yg seruu…kocak dan menyentuh….bagus nih kalo dijadikan film.

  25. MS says:

    mengalir banget ceritanya mbak
    nggak teras walaupun panjang he.. he..
    semoga langgeng selamanya ya

    ngakak pol nyari Tios he.. he …

  26. kabarportal says:

    ikut satu mbk fer [gandhi Baliblogger]

Leave a reply to ferdiasbookelmann Cancel reply